Pengalaman Naik Bus Malam dan Tips-tipsnya

Ceritanya lima bulan lalu aku pergi ke Jakarta nih, ya, sendirian pula. Aslinya sudah pesan kereta berangkat dari Surabaya, tapi karena sebab tertentu jadinya ketinggalan kereta -__- Info saja, itu seharusnya jadi kali kedua aku bepergian naik kereta dan pertama kalinya langsung pergi jauh dan sendirian juga. Tapi karena sebab 70% kelalaianku dan 30% sebab lain, sayangnya aku harus ketinggalan kereta.

mobilkomersial.com

Di tengah kebingunganku, sesosok bapak pengemudi becak jadi pembawa titik terang. Awalnya rada gimana gitu ya, sebab aku agak takut sama bapak-bapak becak. Mulai dari takut dikasih harga yang kurang wajar, sampai takut diapa-apakan di tengah jalan, apalagi itu di atas jam sembilan malam kan ya. Kan ribet juga secara aku bawa barang banyak. Tas tenteng dua dan koper satu hahaha. Tapi setelah aku pastikan dengan gaya agak mengonfrontasi (ceilah) akhirnya aku percaya si bapak nganter aku ke sebuah perusahaan bus malam. Tentunya dengan menawar harga dulu lah ya.

Sebenarnya masih sedikit was-was juga, sebab si bapak pakai buru-buru lagi, takut busnya keburu berangkat atau ga kebagian tiket katanya. Lah kalau begitu aku harus gimana dong? Masa pulang lagi sejauh sejam perjalanan dan berangkat esoknya? Pokoknya aku butuh berangkat malam itu juga, hiks.
Untung saja busnya belum berangkat. Tarif naik bus malam Rp 300.000. Dapat makan, tapi makannya tengah malam, hahaha. Kok ada gitu. Bukannya lebih pas dibuat sarapan? Mungkin amunisi sebelum bertanding melawan dingin kali ya?

Penting untuk ditanyakan pada PO:
1. Sampai tujuan jam berapa? Cukup penting untuk ditanyakan apalagi jika punya urusan yang terikat waktu di tempat tujuan. Waktu itu aku tanya jawabnya sampai pukul sepuluh pagi, jadi dua belas jam. Agak aneh juga sih, sebab kalau bus rasanya tidak sesingkat itu. Tapi percaya saja deh, siapa tahu memang sering lewat jalan tol makanya cepet. 

2. Bagi yang Muslim, PENTING tanya soal waktu salat, terkhusus salat Subuh untuk kasus bus malam. Apakah busnya berhenti di masjid? Waktu aku tanya ke petugas penjualan tiket, dia agak kelabakan gitu, seakan-akan tidak ada yang pernah bertanya begitu sebelumnya. Katanya, akan berhenti di masjid kalau tidak lewat tol. Kalau lewat tol, ya tidak. Aku percaya saja, walau rasanya tol juga pasti punya rest area yang paling tidak ada musalanya. 

Karena bus malam dan bayar lumayan mahal (bagiku) maka bersyukur banget dapat bus yang nyaman. Tempat duduknya empuk dan cenderung luas, buat tidur enak (walau tetap lebih enak baringan di kasur lah ya) hingga tidak butuh pakai bantal leher yang sengaja kubawa, ada toiletnya (yang ini harus lah ya), interior bagus, bagasi atas luas, dan ruang untuk kaki yang juga luas. Ini penting, sebab perjalanannya jauh dan pasti nggak nyaman banget kalau ruang untuk kaki cuma seadanya seperti di bus antar kota biasa. Kalau naik bus biasa sudah pegal karena duduk, pegal di kaki pula. Kalau yang ini Alhamdulillah cuma pegal karena duduk (dan karena macetnya, nanti kuceritakan).

Tips:
1. Karena akan bermalam di bus, pakailah jaket yang lumayan ketebalannya. Jangan jaket yang ketebalannya seadanya, apalagi kamu tipe orang yang lumayan gampang kedinginan macam diriku. Penting karena mbak-mbak yang duduk di belakangku, kasihan dia kedinginan sepanjang malam karena tidak pakai jaket.

2. Melengkapi poin nomor satu, pakai kaus kaki. Kalau perlu sarung tangan atau kaus tangan juga. Terbukti ini ampuh walau aku masih kedinginan juga, tapi setidaknya masih bisa tidur. Karena aku juga tipe orang yang lumayan sulit untuk tidur kalau posisinya tidak rebahan.

3. Melengkapi poin nomor satu dan dua, pakai pula masker wajah. Ini multifungsi, salah satunya untuk melindungi wajah mode tidur dari pandangan orang lain, terutama jika orang yang duduk di sebelah berlawanan jenis, hahaha.

4. Pakai baju yang nyaman. Aku nggak paham kenapa orang-orang pada pakai baju bepergian seperti jeans. Kalau aku sendiri pakai kaus lengan panjang, celana bahan kaus yang santai dan longgar, dan kerudung yang slurp tinggal masuk. Dan jangan lupakan alas kaki. Aku waktu itu pakai sepatu sandal yang tidak ribet kalau seandainya kena air dan harus bongkar-pasang. 

5. Bawa obat pribadi untuk jaga-jaga. Untungnya waktu itu aku nggak kenapa-napa.

6. Stok makanan tambahan, seperti roti.
Untuk sarapan, bus akan berhenti di rumah makan seperti waktu makan tengah malam. Tapi yang ini bayar sendiri-sendiri ya, hahaha.

7. Untuk jaga-jaga, bawa power bank untuk mengisi ponsel. Waktu itu aku mencari colokan di sekitar tempat duduk atau bagasi atas tidak ada. Kalaupun harus charge di tempat sopir, kok ribet ya. Untungnya aku bawa power bank.

8. Jangan tinggalkan barang-barang penting di bagasi bawah, contoh di dalam koper. Ini untuk alasan kepraktisan. Tempatkan barang-barang penting seperti dompet di tas yang dibawa ke dalam kabin.

Untuk soal toilet:
1. Walau ada toilet dalam bus, jangan terlalu sering pakai, takutnya jika air habis, harus antre, dan juga pakai toilet dalam bus yang sedang berjalan itu butuh keseimbangan.

2. Tahan buang air besar, hahaha. Serius. Kebetulan bus yang aku pakai waktu itu tidak membolehkan. Jadinya tidak usah makan yang banyak dan dari berbagai macam jenis.

3. Dan yang tidak kalah penting, pastikan pintunya benar-benar terkunci. Aku ada pengalaman tidak mengenakkan. Jadi, toilet ada di belakang sendiri,satu ruangan dengan smoking room. Biasa lah ya, kadang smoking room itu selalu terisi. Jadi waktu pagi ketika pakai toilet, di smoking room itu ada beberapa laki-laki yang lagi merokok. Padahal pintu sudah kukunci rapat (sudah aku tes juga), tapi entah kenapa itu pintu bisa dibuka dari luar! Kontan aku kaget lah ya, apalagi yang buka itu laki-laki! Tapi untungnya aku sudah selesai dan siap mau keluar juga. Yang aku heran, kenapa para perokok itu tidak memperingatkan orang yang buka pintu itu? -____- Ya Allah, maksudnya apa cobaaaaa. 

Tapi bukan itu saja pengalaman burukku. Jadi menjelang subuh aku sudah melek kan ya. Karena busnya lagi nggak di jalan tol, jadinya kukira bakalan turun di masjid. Aku putuskan kembali tidur ayam sebentar, kan nanti kalau busnya berhenti aku bakalan tahu. Lah waktu buka mata, hari sudah mulai pagi. Panik lah aku. Waktu subuh hampir habis tapi kenapa ini bus tidak berhenti? Akhirnya aku tanya petugas yang lagi mondar-mandir. Apa jawabnya? Ternyata bus memang tidak berhenti! Kenapa oh kenapa? :’( Padahal katanya bakalan berhenti kalau tidak lagi di tol. Apa susahnya sih berhenti sebentar buat salat Subuh? Keterlaluan. Ini kan bus, bukannya kereta yang tidak bisa berhenti dengan bebas. Langsung lah cepat-cepat aku wudhu dan salat dalam posisi duduk.

Entah cuma perasaanku atau bagaimana, penumpang lain kok kayaknya tidak ada yang peduli soal salat ini. Kalau memang benar begitu, ya nauzubillaah. Kenapa aku bilang tidak peduli? Kembali lagi, dari perasaanku, haha. Tapi kalau dilogika juga bisa, lho. Itu air toilet penuh soalnya. Tapi aku juga nggak tahu sih, mungkin banyak yang salat dan air toilet diisi lagi dengan cara yang tidak kupahami.

Pengalaman tidak mengenakkan lain
Terbukti sampai Jakarta pukul sepuluh pagi cuma isapan jempol. Nyatanya, aku baru sampai di Jakarta pukul empat sore! Diperparah lagi pakai macet pula di jalan tol. Agak panik juga, sebab takut waktu Asar keburu habis pas sampai tujuan. Apalagi aku harus cepat-cepat istirahat juga. Saranku, begitu sampai terminal, langsunglah salat, tidak usah menunggu sampai di tempat tujuan, apalagi jika tidak terlalu paham berapa lama lagi waktu yang harus ditempuh. Ditambah dengan macetnya Jakarta juga kan.

Jika disuruh milih antara kereta api atau bus, aku lebih memilih kereta api. Tapi terlepas dari pengalaman-pengalaman yang tidak mengenakkan, hitung-hitung saja sebagai pengalaman. Dan inilah yang bisa kubagi pada kalian. Semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan Populer