Pengalaman Tes TOEFL ITP di IES Foundation Jakarta

Bulan Desember 2020 kemarin pertama kalinya aku mencoba tes TOEFL 'beneran'. Sebelumnya sudah beberapa kali ikut tes TOEFL-alike, dan karena kali ini aku ingin ambil tes TOEFL 'beneran' aku memberanikan diri untuk membayar Rp 550.000 (harga bisa bervariasi tergantung tempat tes, namun kisaran harganya tidak jauh dari ini). Cukup banyak juga, tapi karena sudah bertekad, dan Alhamdulillah diberi kelapangan rezeki, maka aku pun memberanikan diri.

Cukup memakan waktu juga untuk mencari informasi mau tes di mana. Sebenarnya ada yang dekat dari tempat tinggal, namun karena corona, mereka meniadakan dulu tes. Ngomong-ngomong corona, pandemi ini juga membawa gaya baru dalam dunia tes. Lembaga-lembaga banyak yang mengadakan tes TOEFL ITP online, bahkan kayanya lebih banyak yang mengadakan tes online daripada offline. Tapi untuk meminimalisir risiko gangguan, maka aku memilih tes offline saja. Setelah mencari-cari, akhirnya pilihanku jatuh pada IES Foundation Jakarta. Tidak terlalu jauh, bisa mengikuti tes offline, dan lokasinya juga strategis. 

Aku mendaftar online dulu lewat sini. Dari situ juga bisa didapatkan informasi apa itu TOEFL ITP, lokasi tes, dan informasi lain yang berhubungan. Tinggal isi saja formulir di situ (jika memilih identitas KTP, untuk masa berlakunya bisa diisi 'seumur hidup') lalu submit deh. Nanti akan diberitahu langkah selanjutnya apa, namun bisa kukasih bocoran di sini. Jadi nanti kalian akan diminta untuk transfer biaya pendaftaran dalam jangka waktu tertentu. Setelah itu, kirim bukti transfer dan foto identitas ke email mereka. Pengalamanku, keesokan harinya sudah ada email balasan dari IES mengabarkan kalau aku sudah terdaftar jadi peserta. Konfirmasi nomor peserta akan dikirimkan 3-2 hari sebelum tes. Namun waktu itu, empat hari sebelum tes aku sudah dikirimi nomor peserta. 

Jika membaca pengalaman orang-orang mengambil tes TOEFL/IELTS, mereka daftar dari jauuuuh-jauh hari dan belajar dengan sungguh-sungguh kalau mau dapat nilai bagus. Sementara aku sudah ingin cepat-cepat tes (wkwkwk) dan tidak ditarget harus dapat skor berapa, maka aku tidak masalah dengan waktu tes yang terhitung mepet. Walau begitu aku ingin menyisihkan waktu untuk belajar, tapi seperti tidak menemukan waktu yang tepat sampai menjelang hari H. Jadi ya sudahlah, nekat saja wkwkw.

Beberapa hari menjelang tes, kalian akan mendapat email kembali. Selain nomor peserta, email itu juga berisi tentang hal-hal yang perlu dibawa dan diperhatikan ketika tes.   


 STC (Senayan Trade Center) 3rd Floor Unit 103

   Jl. Asia Afrika, Senayan, Jakarta 10270

 

Layaknya akan pergi ke tempat baru, aku mengecek berkali-kali lokasinya dari awal daftar. Ini untuk memasatikan aku nggak bakalan kesulitan mencari lokasinya nanti, dan untuk memperkirakan aku harus berangkat pukul berapa. Oh ya, di dalam email juga ditulis untuk membawa dua buah pensil 2B dan penghapus, namun di kehidupan nyata, panitia juga menyediakan pensil, penghapus dan rautan di tempat. Tapi jika ingin lebih praktis, membawa punya sendiri akan lebih nyaman, apalagi musim corona seperti ini.

Ketika sampai di tempat, ternyata tempatnya seperti kios perkantoran kecil bentuk segi empat. Walau tempatnya di dalam mall (yang sepi) namun ternyata juga ada tempat untuk perkantoran kecil. Pastikan sebelum tes kalian sudah salat, sudah makan, sudah buang air, dan menyiapakan alat-alat penunjang tes. Untuk orang yang lumayan hobi buang air kecil seperti aku, ini cukup challenging hahaha. Aku bahkan sudah BAK dua kali sebelum tes dimulai. 


Lokasinya cuy, cuma ada satu ruangan, ya ruangan tes itu.

Bagi kalian yang sudah pernah ikut tes TOEFL maupun tes TOEFL-alike pasti sudah dapat gambaran bagaimana tes akan berjalan. Sama persis dengan pengalamanku sebelumnya. Tipe soal-soalnya pun sama. Awal tes berjalan, okelah, masih gampang ini. Namun semakin kompleks soalnya, semakin challenging juga. Kalau sudah seperti ini hati-hati saja, sebab sekali konsentrasi pecah, maka akan rentan dapat nilai jeblok. Nah, masalahku bukan hanya karena soal yang semakin sulit, tapi juga karena mulai kebelet BAK wkwkwk. Padahal tadi sudah dua kali sebelum tes. Ini pasti gara-gara minum sebelum tes. Yah, habis mau bagaimana lagi, soalnya takut kalau haus di tengah tes, pasti bakalan ribet kalau mau minum dan harus menjaga konsentrasi juga. Di tengah kekalutan seperti itu, aku berusaha mengembalikan fokus dan tak terpangaruh rasa ingin BAK. Dan ketika tes itu juga aku rajin bersholawat, berharap dapat pencerahan dan nasib baik hehehe. Tapi memang shalawat itu membawa ketentraman dalam hati. Walaupun rada-rada kesulitan, tapi aku nggak begitu panik.

Rasanya sama seperti tes-tes sebelumnya. Sempat terpikir kalau aku bakalan dapat nilai yang ga juh beda dari dulu (547), tapi buru-buru kutepis pikiran itu. Biar bagaimanapun tes ini belum selesai, dan hasil tes tentu saja belum keluar, jadi aku harus tetap berpikiran baik. Targetku paling tidak dapat skor 550, dan itu harusnya tidak sulit.

Rasanya sudah ingin keluar saja ke toilet, tapi ketika tes usai, memakan waktu yang lebih karena situasi corona. Panitia memberikan bagaimana hasil tes akan keluar, namun karena corona dan menjelang akhir tahun, maka sertifikat akan dikirim ke alamat masing-masing, yang mana tentu harus mengeluarkan uang esktra wkwkwk. Untuk pengiriman ke Jabodetabek dipukul rata Rp 25.000 sementara di luar itu akan menyesuaikan. Oh ya, ada juga lho peserta yang berasal dari Lampung. Ketika kutanya kenapa mereka tes TOEFL jauh-jauh ke Jakarta, kalau tidak lupa, itu karena lembaga di tempat asal mereka sedang off dulu karena corona. Wah, totalitas banget, ya. Pasti nyesek tuh kalau tidak dapat skor yang tidak diharapkan. 

Karena bertepatan dengan akhir tahun, maka hasil tes akan dikirimkan sekitar awal Januari. Selama masa menunggu itu, aku berusaha berpikir positif dan menerapkan law of attraction atau hukum tarik menarik. Bagi yang belum tahu, intinya jika kita memikirkan sesuatu, maka sesuatu itu akan terjadi pada kita, baik positif maupun negatif. Salah satu teknik dalam LoA adalah scripting, jadi aku menulis di selembar kertas. Tentu saja aku menulis tentang rasa syukur sudah mendapat skor di atas 550 (aku tidak mematok tinggi, 550 lebih sedikit tidak apa-apa). Walau tentu ini belum terjadi, tapi beginilah caranya jika menerapkan teknik scripting. Ngomong-ngomong aku akan menulis tentang LoA ini kapan-kapan.

Ternyata sertifikat tiba lebih cepat dari perkiraan. Sudah di awal Januari, namun lebih cepat dari perkiraan. Saat itu baru saja tanggal satu, tentu masih dalam suasana tanggal merah, dong. Makanya aku terkejut ketika mendapat telepon dari kurir yang sudah ada di depan rumah.

Dengan antusias aku kembali ke kamar, membuka amplop cokelat besar itu. Kurobek segelnya, kutarik kertas di dalamnya. Rasanya seperti menarik keluar hasil penerimaan beasiswa studi di luar negeri wkwkwk. Hasilnya sungguh di luar dugaan. Bukan hanya dapat skor 550 lebih sedikit, tapi justru dapat skor 550 lebih banyak! Langsung deh tuh melonjak kegirangan. Aku pikir kalau mau berdoa dan berpikir positif, maka hasil positif pula yang akan kudapat. Apalagi memang terbukti shalawat membawa manfaat.



Untuk tema sertifikatnya sendiri ada tiga: gold, silver, dan bronze. Aku tidak ingat range skornya berapa, tapi yang jelas gold adalah kriteria skor paling tinggi. Yang paling rendah bukanlah bronze, tapi yang tidak dapat sertifikat. Lho, ada ya? Ada. Kalau tidak salah kalau dapat skor dibawah 400 maka tidak dapat sertifikat, hanya report-nya saja. 

Sebenarnya satu yang disesalkan. Dengan harga segitu, kukira bakal dapat setifikat dengan kertas tebal macam ijazah begitu, tapi ternyata tidak! Kertasnya tipis sekali, bahkan lebih tipis dari kertas polos A4. Jika diperhatikan, hasil scan di atas kelihatan leceknya. 


 

Saking senengnya, itu amplop cokelat aku taruh samping tempat tidur selama berhari-hari. Baru setelah puas memandangi, amplopnya kusimpan di lemari. Hihihi.

Apa kalian punya cerita yang ingin dibagi? Feel free to cooment, ya!





Komentar

Postingan Populer